Annisa

Kontributor

2 hari yang lalu


Sibuk Cari Validasi, Tapi Lupa Cari Diri Sendiri?

2 hari yang lalu - By Annisa

Pernah nggak sih, kamu upload story atau post sesuatu, terus rasanya gelisah banget nungguin likes, views, atau komen? Rasanya, kalau nggak ada yang respons, kita jadi mikir, "Apa aku nggak cukup menarik ya?" atau "Apa pendapatku salah?" Kalau iya, kamu nggak sendirian. Banyak dari kita, tumbuh di dunia yang serba cepat dan penuh ekspektasi sosial, baik dari orang sekitar, maupun dari notifikasi di sosial media. Kita semua suka divalidasi. Tapi gimana kalau ternyata, tanpa sadar, kita jadi terlalu bergantung sama validasi dari luar?

Validasi adalah hal yang manusiawi. Waktu kecil aja, kita refleks mencari tatapan bangga dari orang tua setiap kali berhasil melakukan sesuatu. Namun, masalah muncul ketika satu-satunya standar buat menilai diri kita bergantung hanya validasi dari luar. Kalau nggak ada pujian, kita ngerasa gagal. Kalau nggak ada yang bilang kita keren, kita jadi ngeraguin diri sendiri. Padahal, validasi yang paling penting sebenarnya datang dari kita sendiri, yaitu self-validation.

Fenomena ini makin kentara sejak sosial media menjadi bagian sentral dari hidup kita. Sekarang, satu klik "like" bisa menjadi penentu mood seharian. Kita jadi gampang ke-trigger sama angka dan respons digital, padahal realitanya, nggak semua yang dapet banyak likes itu bahagia, dan nggak semua yang jarang upload itu nggak percaya diri. Kadang kita lupa, bahwa sosial media bukan cermin dari harga diri kita.

Kalau kamu ngerasa capek terus-terusan karena ngejar pengakuan orang lain, mungkin saatnya kamu berhenti sejenak. Coba tanya ke diri sendiri: "Kenapa aku butuh banget pengakuan ini? Apa aku udah cukup percaya sama diriku sendiri?" Kamu juga bisa mulai dari langkah kecil seperti journaling, mengurangi waktu scrolling, atau menghargai pencapaian pribadi tanpa harus semua orang mengetahuinya. Pelan-pelan, kamu akan sadar, bahwa kamu valid dan berharga bahkan tanpa pengakuan dari luar.

Ingat, validasi itu bukan musuh. Tapi kalau kamu terus hidup buat nyari pengakuan orang lain, kapan kamu punya waktu buat kenal dan terima dirimu sendiri?