Fokusmu Cepat Buyar? Bisa Jadi Kamu Terlalu Sering "Context Switching"!
11 jam yang lalu - By Annisa
Pernah nggak kamu lagi ngerjain tugas kuliah, tiba-tiba scroll TikTok sebentar, terus kepikiran chat yang belum dibalas, eh jadi buka WA. Nggak terasa sejam berlalu dan tugas belum kunjung selesai. Hal ini bukan semata-mata soal "mager", tapi bisa jadi kamu terbiasa melakukan context switching. Context switching merupakan kondisi saat otak kita melompat-lompat dari satu tugas ke tugas lain, dan sayangnya, hal ini bikin otak jadi capek lebih lelah daripada yang kita sadari.
Banyak orang berpikir multitasking itu keren. Misalnya, bisa dengerin Zoom meeting sambil balas email, terus sekalian update story. Padahal, faktanya otak manusia nggak dirancang buat ngerjain banyak hal sekaligus. Yang sebenarnya terjadi? Otak kita cuma bolak-balik berganti fokus, dan setiap kali ganti, butuh waktu untuk otak kita melakukan pemanasan ulang. Jadi bukannya makin cepat selesai, yang ada malah kita jadi makin lambat dan gampang lelah.
Efek dari context switching ini bukan cuma capek mental, tapi juga bisa bikin kita salah ambil keputusan, lupa detail penting, bahkan jadi gampang cemas. Bayangkan otak kita seperti RAM di laptop yang kalau kebanyakan tab dibuka, semua jadi lemot. Nah, context switching itu mirip seperti buka-tutup tab terus-menerus tanpa benar-benar fokus di satu tab aja.
Kenapa ada orang yang kelihatan bisa multitasking terus tapi tetap santai? Jawabannya: tiap orang beda-beda. Ada yang memang lebih fleksibel secara kognitif, ada juga yang terbiasa karena lingkungan kerja atau kuliahnya. Tapi tetap aja, semakin sering kita switch task tanpa jeda, makin besar risiko burn out-nya!. Apalagi kalau lingkungan kita penuh distraksi, seperti notifikasi HP, tab browser numpuk, atau ruang kerja yang nggak kondusif.
Gimana cara mengatasinya? Coba deh mulai dari yang simpel seperti time-blocking alias alokasi waktu khusus buat ngerjain satu jenis tugas aja dalam satu waktu. Hindari buka HP pas lagi deep work. Bikin daftar prioritas, dan latih diri buat mindful saat kerja di mana kita fokus ke satu tugas dulu sebelum berpindah ke tugas yang lain. Kalau perlu, set waktu khusus buat balas chat atau cek medsos biar nggak mengganggu fokus utama kita.
Hidup emang nggak bisa selalu rapi dan teratur, tapi bukan berarti kita harus terus-menerus "menyiksa" otak kita dengan bekerja secara reaktif dan acak-acakan. Dengan memahami bagaimana cara otka kita bekerja dalam kondisi context switching, kita bisa mulai ambil kendali lagi. Fokus merupakan hal yang membutuhkan strategi. Dan terkadang, less is more. Dengan mengerjakan lebih sedikit, hasilnya justru lebih banyak.