Devina Ratna

Admin

11 bulan yang lalu


The Five Stages of Grief : Ketika kekuatan mental mampu berkontribusi dalam proses pemulihan

11 bulan yang lalu - By Devina Ratna

Hei bestalk!!!

Kali ini kita sama sama yuk cari tau lebih dalam tentang "The Five Stages of Grief". Ini adalah lima tahapan ketika mengalami kedukaan, eitsss tunggu dulu! Kedukaan disini bukan hanya tentang kehilangan orang tersayang yaa tapi juga tentang kesedihan ketika terkena musibah.

Sebelum kita makin menyelam ke dalam hehe, kita perlu tau dulu nih asal usul atau gimana sih history tahapan ini muncul.

Nah teori psikologi ini muncul dan dicetuskan oleh Kubler-Ross. Usut punya usut ternyata teori ini muncul bukan untuk menjelaskan tentang kematian namun untuk menggambarkan kondisi ketika tau dirinya mengidap penyakit parah. Namun tahapan ini juga dialami oleh kelompok orang orang yang ditinggalkan orang yang disayang, dan situasi duka serta sedih lainnya.

Berikut tahapannya yaitu:

  1. Penyangkalan (Denial), Tahapan ini biasanya individu cenderung pura-pura tidak tahu atau tidak mau mengakui atas kondisinya, cenderung tak acuh karena menyangkal kondisi tersebut terjadi padanya dan berusaha memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja. Hal ini dilakukan untuk meredam emosi negatif dalam dirinya.
  2. Marah (Anger), Tahapan ketika individu berusaha melampiaskan emosi yang muncul dalam diri, tahapan ini mungkin membutuhkan waktu hingga individu mampu berpikri logis dan mengendalikan emosinya untuk bisa netral kondisinya.
  3. Menawar (Bargaining), Tahapan kesedihan yang berusaha dinetralkan individu dengan penawaran atau janji, baik kepada diri sendiri ataupun orang lain.
  4. Depresi (Depression), Tahapan depresi ini merupakan tahapan tersulit karena segala hal negatif berkumpul di fase ini. Tugas caregivernya adalah membantu menghadapi kesedihan dengan cara yang sehat
  5. Penerimaan (Acceptance), Tahapan ini bukan tentang individu yang telah lupa akan kondisinya namun tentang bagaimana individu menerima hal buruk yang terjadi dan memahaminya sebagai bagian dari hidupnya dan diakhiri dengan berdamai dengan hal tersebut


"sedihnya jangan berlarut-larut, dulu waktu aku di posisi yang sama aku bisa aiueo bla bla bla" Bestalk tidak baik rasanya jika berusaha membandingkan prosesmu dengan proses orang lain dan begitu juga sebaliknya. Karena proses orang kan masing-masing yaa dan dalam menghadapi kesedihan itu tidak sesederhana itu okayy!! Karena sejatinya proses dan tahapan orang dalam hal ini itu sangat subjektif sehingga tidak bisa disamaratakan untuk setiap orangnya.

"The Power of Mindset" nah pernah denger bestalk?, kekuatan terbesar dari segala macam kekuatan xixi. Mindset yang positif juga sangat diperlukan dan dibutuhkan di keadaan yang semacam ini, namun bukan jadi toxic positivity ya, namun positive mind ini digunakan untuk proses pemulihan individu atas kondisinya. Karena apa? Ketika kita positif, hal ini akan merangsang sistem imun dan bagaimana cara berpikir kedepannya. Kekuatan mental dan kekuatan pikiran inilah yan mengaktifkan sistem kekebalan alamiah yang lebih kuat dari tindakan fisik atau intervensi lainnya.

- Proses memang tidak semudah menyampaikan kalimat, bersabarlah dengan proses -