Kenali Toxic Positivity dan Belajar Menerima Perasaan
2 bulan yang lalu - By Nabilah
hollaaa bestalk! Pernah nggak sih, kamu lagi ngerasa down banget tapi malah disuruh "semangat dong, jangan sedih!" atau "positive thinking aja, pasti ada hikmahnya!" Kedengarannya positif, ya? Tapi nyatanya, nggak semua situasi butuh solusi semangat terus. Inilah yang disebut toxic positivity, yaitu dorongan buat selalu positif bahkan saat kita sedang butuh ruang untuk merasa sedih atau kecewa. Yuk, kita bahas!
Kita sering dengar kalau kita harus selalu berpikir positif, seolah-olah nggak boleh ada ruang buat ngerasa sedih atau marah. Tapi realitanya, hidup nggak selalu cerah, kan? Ada kalanya kita ngalamin hal-hal yang bikin down, kecewa, atau marah. Nah, kalau terus-terusan dipaksa buat positive thinking atau mengabaikan perasaan negatif, itu justru bisa berbahaya. Karena, alih-alih ngerasa lebih baik, kita malah jadi tertekan karena nggak punya kesempatan buat mengakui dan memproses perasaan yang sebenarnya.
Toxic positivity terjadi ketika seseorang, atau bahkan diri kita sendiri, terus memaksakan pandangan positif dalam situasi apapun, tanpa memberikan ruang buat perasaan negatif. Misalnya, saat kamu lagi patah hati terus teman bilang, "Udah nggak usah dipikirin, nanti juga dapat yang lebih baik!" Padahal, yang kamu butuhin saat itu mungkin cuma seseorang buat mendengarkan dan memahami rasa sakitmu, bukan solusi instan atau dorongan buat selalu happy. Toxic positivity nggak ngasih kita kesempatan buat validasi perasaan, dan itu bisa berbahaya.
Setiap emosi itu penting, baik yang positif maupun negatif. Sedih, marah, kecewa semua itu wajar dan perlu dihadapi. Kalau kita terus menekan perasaan negatif demi tampak "bahagia" di luar, itu bisa mempengaruhi kesehatan mental kita. Dengan membiarkan diri kita merasakan apa yang sedang dialami, kita bisa lebih jujur pada diri sendiri dan orang lain. Ini juga bantu kita tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat, karena kita paham kalau nggak apa-apa merasa lemah atau rapuh sesekali.
Gimana caranya? Mulai dengan menerima perasaanmu, apapun itu. Kalau lagi sedih, akui kalau kamu memang sedang sedih. Nggak usah memaksakan diri buat selalu ceria. Kamu juga bisa belajar untuk mendengarkan orang lain tanpa buru-buru kasih solusi atau menyuruh mereka selalu happy. Cukup bilang, "Aku ngerti perasaanmu, itu pasti nggak mudah." Dengan cara ini, kamu bisa memberi ruang buat diri sendiri dan orang lain buat merasakan emosi dengan lebih jujur dan sehat.
Ingat, nggak apa-apa kok kalau sesekali merasa nggak baik-baik aja. Hidup ini soal keseimbangan, dan kadang, kita perlu terima kesedihan sebelum bisa benar-benar merasa bahagia.