Pernahkah kamu menjelaskan sendiri kenapa pasanganmu bersikap buruk, padahal dalam hati sadar bahwa ada yang tidak beres?
Misalnya, ketika pasangan menunjukkan sikap posesif atau kasar, kamu mungkin berkata, “Dia hanya khawatir karena dia sayang banget sama aku,” atau “Dia lagi stres, makannya bersikap begitu.”
Inilah yang disebut dengan rasionalisasi, yaitu mekanisme pertahanan diri menurut Sigmund Freud (Freudian defense mechanism), di mana kita tidak mau menerima kenyataan yang tidak nyaman, sehingga kita mencari alasan supaya tetap merasa tenang.
Kenapa Kita Menggunakan Rasionalisasi?
Sering kali, kita tidak mau melihat tanda bahaya dalam hubungan dan justru mencari alasan untuk membenarkannya dengan rasionalisasi. Hal ini disebabkan karena rasionalisasi memungkinkan kita untuk:
Ketika kita mengetahui bahwa ada yang salah, tetapi rasionalisasi membuat kita merasa semuanya masih baik-baik saja. Misalnya, “Dia kasar karena sedang stres, nanti juga berubah.”
Mengakui bahwa pasangan tidak sehat sama saja dengan menerima kenyataan bahwa kita salah memilih. Hal ini membuat kita lebih memilih untuk mencari alasan, daripada membuka mata terhadap fakta dan mengambil keputusan yang bijaksana.
Daripada takut kesepian dan harus kehilangan, kita mencoba menenangkan diri dengan berpikir bahwa hal-hal negatif yang terjadi bukan masalah besar.
Akibat dari Rasionalisasi
Meskipun rasionalisasi bisa membuat kita merasa tenang sementara, terlalu sering mencari pembenaran atas red flag dalam hubungan justru bisa merugikan.
Terus mencari alasan atas perilaku pasangan yang menyakitkan membuat kita sulit melihat kenyataan. Akibatnya, kita tetap bertahan dalam hubungan yang toxic, mengulang pola yang sama, dan semakin sulit untuk keluar.
Dengan menutupi perasaan kecewa atau sakit hati, kita memperpanjang proses penyembuhan dan makin sulit memahami apa yang sebenarnya kita butuhkan dalam hubungan yang sehat.
Cara Sehat Menghadapi Hubungan yang Red Flag
Rasionalisasi yang dilakukan terus-terusan berpotensi membuat kita terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Berikut hal yang dapat kita lakukan:
Jujur dengan diri sendiri, apakah kita benar-benar melihat situasi apa adanya, atau hanya mencari alasan agar tetap bertahan? Sadari pikiran-pikiran seperti “Dia nggak sengaja kok, cuma lagi bad mood aja,” yang sebenarnya hanya jadi pembenaran.
Meskipun pasangan melakukan banyak kesalahan, kita juga perlu menyadari bahwa kita yang memilih bertahan. Dengan menerima kenyataan ini, kita bisa mulai mengambil langkah untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat.
Daripada terus mencari alasan, fokuslah pada langkah konkret untuk menghadapi masalah. Apakah masih ada peluang hubungan ini bisa diperbaiki, atau justru sudah waktunya untuk pergi?
Pada akhirnya, mengabaikan red flag dengan rasionalisasi hanya akan menunda hal yang tidak terhindarkan, yaitu menerima kenyataan bahwa hubungan itu mungkin tidak sehat. Wajar jika kita ingin percaya bahwa semuanya akan membaik, tetapi apakah itu benar-benar terjadi, atau hanya kita yang terus mencari pembenaran? Semakin cepat kita berani untuk melihat hubungan dengan apa adanya, semakin besar kesempatan kita untuk memilih sesuatu yang lebih baik, yaitu hubungan yang sehat, saling menghargai, dan benar-benar membahagiakan.
Mencari layanan psikologi profesional di Semarang? PT Biro Psikolog Anda adalah solusi tepat untuk kebutuhan Anda! Kami menyediakan:
Kami berkomitmen memberikan solusi terbaik untuk kesehatan mental, motivasi pribadi, dan pengelolaan SDM yang efektif. Temukan layanan psikologi terpercaya di Semarang hanya di PT Biro Psikolog Anda!
Tamansari Hills Residence No.B01 No.10, Mangunharjo, Kec. Tembalang Kota Semarang, Jawa Tengah 50272, Indonesia